Jadi, suatu waktu, saya merasa dunia ini sudah kayak beban yang enggak terangkat-angkat. Pikiran saya terus-terusan berpacu dengan waktu, deadline menumpuk, dan pekerjaan gak kunjung selesai. Kalau ada yang tanya, “Gimana hidup kamu sekarang?” jawabannya adalah, "Saya kayak hamster yang lari-lari di roda, tapi enggak pernah ke mana-mana." Coba deh bayangin, lari secepat-cepatnya, tapi tetap di tempat yang sama. Perasaan itu yang saya alami. Pikiran saya tertekan, badan capek, dan akhirnya mulai muncul suara-suara di kepala. Bukan suara hantu sih, tapi suara kayak, “Kenapa kamu belum selesai ini? Jangan-jangan kamu gagal? Gagal itu berarti kamu... eh, gaes, kamu bisa tidur lebih lama kalau gagal, lho!"
Tapi, yang lucu adalah, sering kali kita terjebak dalam pikiran sendiri. Pernah gak, sih, mikir terlalu keras sampai kepikiran hal-hal yang gak masuk akal? Dulu, saya sempat mikir kalau hidup saya ini akan berakhir buruk hanya karena nggak bisa menyelesaikan satu tugas dalam satu hari. Pikirannya begini: “Kalau saya gak selesai kerjaan ini, maka dunia akan hancur. Banjir, gempa bumi, mungkin tsunami juga.” Saya bahkan sempat mikir, mungkin kalau saya tidur dulu sebentar, besok kerjaan itu bakal selesai dengan sendirinya. “Mungkin aja ya, semesta kasih sedikit pertolongan, gitu...”
Tapi ya, tidak ada pertolongan semesta yang datang begitu saja. Tiba-tiba saya sadar, malah yang ada saya jadi ketiduran seharian. Waktu yang hilang, pekerjaan yang menumpuk, dan tubuh yang makin terasa lemas. Itu adalah saat yang penuh tekanan, tapi entah kenapa, keesokan harinya, saya malah tertawa sendiri saat terbangun. Kenapa? Karena saya menyadari satu hal: hidup ini terlalu pendek untuk terlalu serius. Bayangkan aja, selama berhari-hari saya tertekan cuma karena deadline yang menunggu. Dan setelah saya lihat lagi, deadline itu cuma soal memilih untuk memulai dari mana, bukan soal menunggu semua selesai tanpa usaha.
Tapi, tentu saja, perjalanan motivasi saya enggak mulus. Saya pernah baca buku motivasi yang bilang, "Jangan biarkan pikiranmu menguasai hidupmu." Jadi saya coba tuh, coba buat positif terus. Pagi-pagi bangun, sambil senyum ke cermin, "Oke, Yusron, hari ini kamu akan jadi superhero! Gak ada yang bisa menghentikanmu!" Tapi, realitanya, saya malah terjebak dalam kebiasaan buruk: menunda-nunda pekerjaan. Gak ada yang lebih ironis daripada berusaha jadi positif, tapi malah kejebak dalam kebiasaan menunda. Jadinya, saya cuma berlarian di tempat yang sama, hanya saja dengan senyum yang lebih lebar. Coba bayangin, lari sambil ketawa, bukannya lari buat nyelesaikan masalah.
Tapi, ada satu hal yang saya pelajari: hidup itu memang penuh tekanan, tapi tekanan itu enggak harus membuat kita tenggelam. Kita bisa memilih untuk tertawa. Karena apa? Karena tekanan itu kadang memang enggak bisa dihindari, tapi kita bisa memilih bagaimana cara menghadapinya. Kalau kita tertekan terus, kita bakal jadi orang yang penuh kekhawatiran, dan itu jelas bukan hal yang produktif. Kita harus bisa melawan rasa tertekan itu dengan humor, dengan melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang lebih ringan. Kadang, tawa itu adalah cara terbaik untuk melepaskan beban.
Jadi, walaupun saya sempat merasa dunia ini penuh dengan masalah, saya juga sadar bahwa yang paling penting adalah bagaimana cara kita meresponsnya. Kalau semuanya terasa berat, cobalah ketawa dulu. Kenapa? Karena kita enggak pernah tahu kapan tawa bisa merubah segalanya. Mungkin, kalau saya terus berpikir bahwa hidup ini selalu berlarut-larut dengan tekanan, saya bakal tenggelam dalam kegelisahan. Tapi dengan sedikit humor, semuanya terasa lebih ringan.
Dan akhirnya, saya berhenti untuk terlalu keras pada diri sendiri. Setiap kali pikiran negatif muncul, saya coba untuk balas dengan tawa. “Pekerjaan menumpuk? Ha! Bisa kok diatur! Deadline? Yaudah, deadline itu kayak pacar lama, datang dan pergi, asal jangan terlalu dibawa serius.” Hidup ini harus kita nikmati, bukan disiksa dengan pikiran-pikiran negatif yang enggak ada habisnya.
Jadi, kalau kamu sedang merasa tertekan sekarang, coba deh tarik napas dalam-dalam, ketawa, dan bilang ke diri sendiri, “Tugasnya sih banyak, tapi aku masih punya waktu untuk ngopi dulu.” Karena, siapa tahu, dengan sedikit ketawa, masalah-masalah itu jadi terasa lebih ringan.